Akhir-akhir
ini, banyak teman yang curhat ke saya tentang perasaan (Agak risih
jika memilih diksi “percintaan”). Mengapa begini dan mengapa
begitu. Mengapa si dia cuek dan si dia tidak perhatian. Itu contoh
kasus yang dalam masa pacaran. Apakah laki-laki merasakan sesuatu
jika diperhatikan perempuan? Ini contoh pertanyaan dari teman
perempuan yang sedang kasmaran. Pertanyaan lainnya? Banyak.
Kalian
tahu, salah satu hal menjengkelkan dalam menasehati anak-anak muda
yang sedang kasmaran adalah, ketika sudah berbusa-busa menjelaskan
nasehat-nasehat yang sangat masuk akal, kemudian mereka menjawab “iya
juga sih...”, lalu tidak lama kemudian mereka kembali berpikir
dengan tidak masuk akal. Saya tahu cinta sering tidak masuk akal.
Tapi cobalah membuatnya make sense.
Lagipula,
kenapa mereka begitu bersemangat menceritakan masalah perasaannya,
baik itu kesenangan atau penderitaan? Usia mereka masih panjang. 20
tahun adalah masa-masa emas untuk menimba ilmu sebanyak-banyaknya.
Kalau kita memilih untuk terus belajar dan memilih untuk menjadi
seorang laki-laki atau perempuan terhormat, maka lawan jenis kita
akan lebih menghormati kita. Standar Tuhan dalam kitabnya sudah
sangat jelas: Laki-laki yang baik untuk perempuan yang baik. Begitu
pula sebaliknya.
Dari
7 milyar populasi bumi, Allah sudah menunjuk satu di antaranya untuk
mendampingi kalian, cepat atau lambat. Tugas
kita hanyalah memantaskan diri. Sibukkanlah diri dengan kegiatan
lain. Siapa yang tahu di antara sekian banyak kesibukan itu kalian
bertemu jodoh?
Selagi
muda, perbanyaklah pertemanan, perluas jaringan, bangun kepercayaan,
tampilkan diri kalian sebagai pribadi unggul, bisa bersaing di bidang
apapun. Umur terlalu singkat jika yang dipikirkan hanya masalah
sepele seputar cinta. Ada masanya cinta berubah dari hal 'sepele'
menjadi 'episode paling penting' dalam kehidupan kita. Jangan
mendahului episode yang didesain Tuhan.
Jangan
sibuk memikirkan orang lain. Memikirkan seseorang yang belum tentu
memikirkan kita adalah salah satu pekerjaan bodoh yang sering
dilakukan oleh anak-anak muda yang mengaku berpendidikan sekalipun.
Melupakan orang tua yang (hampir pasti) selalu memikirkan
anak-anaknya adalah pekerjaan bodoh yang sering dilakukan anak-anak
muda yang mengaku berpendidikan sekalipun.
Itu...
!
No comments:
Post a Comment