Thursday 23 April 2015

Pelayat dan Nasib Pasca Kematian


Biasanya, di pagi hari lalu lintas macet karena orang-orang berangkat kerja. Begitupun kalau sore, macet karena orang-orang pulang kerja. Ini bukan rahasia, umumnya memang begitu. Saya pikir siang hari akan lengang, sebab orang-orang berada di kantor. Maka saya memutuskan untuk pulang ke Bogor (dari Ciputat) ba'da zuhur.

Yang terjadi tidak selalu seindah yang dibayangkan. Di Fly Over Ciputat macet lumayan panjang. "Lagi ngapain sih siang-siang gini orang-orang di jalan?" pikir saya siang itu. Padahal saya juga sedang di jalan. Apa yang saya lakukan di jalan? Entahlah.

Ternyata sekitar 1 km dari Fly Over, sedang ada upacara pemakaman. Saya yang tadinya agak kesal dengan kondisi macet, mendadak tidak enak pada keluarga almarhum. Padahal kenal pun tidak. Tetapi minimal kita mestilah berempati pada mereka. Allah masih memberikan nikmat umur dan nikmat sehat untuk saya.

Sepertinya ini pemakaman orang terpandang. Mungkin beliau berilmu, atau orang kaya, atau tokoh masyarakat. Pokoknya seseorang yang punya karya. Kalau orang biasa, rasanya tidak mungkin seramai ini. Parkiran penuh, polisi sibuk mengatur lalu lintas. Rasanya tidak mungkin yang meninggal ini orang kecil.

Baiklah, saya bukan ingin menebak siapa yang meninggal. Saya hanya ingin mengingatkan, kalau kita ingin diingat orang, dikenang orang, dihormati orang, bahkan ketika sudah meninggal, kita harus bermanfaat untuk orang lain. Baik dengan ilmu atau dengan harta. Manusia lahir ke dunia ini tanpa membawa sehelai benang pun. Semua bayi lahir dengan mekanisme seperti itu. 

Semasa hidup, manusia memiliki capaian yang berbeda. Manusia juga memberikan manfaat yang berbeda, baik deri segi ukuran maupun kualitasnya. Faktor-faktor inilah di antaranya yang menciptakan suasana pemakaman akan seperti apa. Biasanya pemakaman akan ramai jika yang meninggal adalah ulama, tokoh masyarakat, guru/dosen senior, dan orang kaya. Dengan catatan, orang yang meninggal tersebut memberikan dampak positif di sekitarnya semasa hidup. Orang yang biasa-biasa saja hidupnya, memberikan manfaat juga sekadarnya, sering kali dimakamkan dalam suasana yang biasa saja.

Memang, ramai atau tidaknya pemakaman seseorang tidak menjamin orang itu masuk surga atau neraka. Ada orang soleh yang memberikan manfaat yang luar biasa bagi sekitar, walaupun tidak terpandang di masyarakat, pemakamannya berlangsung biasa saja, tentu saja akan lebih mendapat tempat mulia di sisi Allah daripada orang kaya yang pelit. Ramainya pemakaman hanya menandai bahwa orang yang meninggal telah melakukan suatu hal yang luar biasa dalam hidupnya. Kita tidak tahu nasibnya setelah dia menghembuskan nafas terakhir.

Kerjakanlah hal-hal luar biasa dalam hidup. Raihlah karunia Allah sebanyak mungkin, karena nikmat yang Dia berikan tak terbatas. Tebarlah manfaat untuk sesama sesering dan sebaik mungkin. Bukan agar pemakaman kita ramai. Sama sekali bukan. Kita harus memastikan kita dapat tempat yang aman dan nyaman setelah kematian kita nanti. 

Lagi pula orang yang paling mulia di sisi Allah bukan orang yang pemakamannya ramai. Yang paling mulia adalah yang bertaqwa. Ramainya pemakaman hanya legitimasi dari manusia yang masih hidup bahwa kita dihormati karena capaian yang kita raih semasa hidup kita. Dilihat dari jumlah pelayat, pemakaman Ustadz Jefri dan pemakaman Olga sama-sama dihadiri ribuan pelayat. Bukan berarti nasib mereka pasca kematian akan sama, bukan? Allahummaghfirlahum...




2 comments: