KHUTBAH GERHANA MATAHARI
OLEH: Drs. DUDUH NURZAMAN, M.Pd
Rabu, 29 Jumadil Awwal 1437 H. / 9 Maret 2016 M.
Di Masjid Besar Al-Awwalin, Leuwiliang, Kabupaten Bogor
اَلْحَمْدُلِلهِ الّذِيْ جَعَلَ كُلَّ شَيْءٍ اِعْتِبَارًا وَاِرْشَادًا لِلْمُتّقِيْنَ اَلّذِيْ يَتّبِعُوْنَ سَبيْلَ الْاَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ. اَشْهدُ اَنْ لاَ اِلٰهَ اِلَّاَ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ. لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ يُحيِيْ وَيُمِيْتُ وَهُوَ عَلى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ. وَاَشْهدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الْبَاشِرُ بِهِدَايَةِ الدِّينِ. اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى مُحَمّدٍ وَعَلَى اٰلِهِ وَاَصْحَابِهِ الَّذِيْنَ تَمَسَّكُوْا بِكَمَالِ شَرِيْعَةِ الدِّيْنِ. اَمَّا بَعْدُ. فَيَا ايُّهَا النَّاسُ اُوصِيْنِي وَاِيَّاكُمْ بِتَقْوَاللهِ حَقَّ تُقَاتِهِ وَبِطَاعَتِهِ حَقَّ الطَّاعَةِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ.
Hadirin jama’ah shalat
gerhana matahari yang berbahagia
Pagi ini rabu 09 Maret 2016 kita menyaksika fenomena
alam, sekaligus salah satu kekuasaan dan kemaha kuasaan Allah SWT, yaitu
gerhana matahari total. beberapa kawasan di Indonesia dilewati oleh GMT ini,
sehingga fenomena langka ini dapat diamati dengan langsung. kota-kota yang
terlewati oleh GMT adalah, Palembang, Bangka Belitung, Palangkaraya, Balik
Papan, Palu, Poso, Ternate dan Halmahera, Jawa Barat hanya sebagian yang
terlewati.
Hadirin,
berdasarkan tuntunan Allah SWT. dan Rasul-Nya fenomena gerhana baik matahari
atau bulan, justru menjadi momentum untuk mempertebal dan memperkokoh keimanan
kita kepada Allah SWT. dikalangan masyarakat jahiliah, ada kepercayaan bahwa
matahari dan bulan itu adalah Tuhan, karenanya Allah SWT. menurunkan ayat:
“Dan di antara tanda-tanda
kekuasaan-Nya ialah malam, siang, matahari dan bulan. janganlah sembah matahari
maupun bulan, tapi sembahlah Allah yang menciptakannya, jika ialah yang kamu
hendak sembah” (QS. Fushshilat : 37)
Dalam hadits riwayat Bukhori dalam kitab shahihnya, pada
masa Rasulullah pernah terjadi gerhana, dan kebetulan saat itu putra beliau
yang bernama Ibrahim wafat, maka banyak orang yang mengaitkan terjadinya gerhana
itu dengan wafatnya Ibrahim, putra Nabi Muhammad SAW. Nabi kemudian bersabda,
“bahwa matahari dan bulan adalah dua tanda dari tanda-tanda kekuasaan dan
kebesaran Allah SWT. tidaklah terjadi gerhana karena meninggalnya seseorang
atau hidupnya seseorang. karenanya apabila kamu melihat gerhana, maka
shalatlah, istighfarlah dan sodakohlah (H.R. Bukhori)
Hadirin, dikalangan
masyarakat Indonesia juga terdapat kepercayaan, ketika tejadi gerhana bulan,
maka hal itu karena bulan sedang dimakan oleh raksasa, karenanya agar raksasa
itu segera lari meninggalkan bulan, masyarakat beramai-ramai memukul
benda-benda apa saja yang dapat dipukul seperti kentongan, drem, kaleng dan
lain-lain. mereka berkeyakinan dengan ramainya bunyi-bunyian itu, raksasa yang
sedang memakan bulan, akan takut kemudian lari meninggalkan bulan tersebut,
sehingga bulan kembali bersinar.
kepercayaan seperti ini tampaknya tidak hanya ada
dibeberapa masyarakat kita, dimasyarakat yahudi di Jazirah Arab juga melakukan
perbuatan seperti ini, mereka memukul-mukul besi, tembaga, kayu dan
lain-lainnya. dari faktor-faktor tersebut maka Rasulullah kemudian
memerintahkan umatnya untuk melakukan shalat gerhana apabila terjadi gerhana.
Hadirin
momentum gerhana ini hendaklah dijadikan bagi umat islam untuk
mengaktualisasikan nila-nilai Islam yang universal. betapa tidak, masyarakat Indonesia
yang sedang tumbuh dalam peradaban sosial yang luar biasa, selain masih banyak
masalah sosial yang bersifat konvensional seperti kemiskinan, pengangguran,
konflik sosial, dan persoalan-persoalan klasik lainnya, pada saat yang sama
hadir pula masalah-masalah sosial baru yang sifatnya temporer, kekerasan
terhadap perempuan dan anak, makin beragamnya kelompok sosial yang
terpinggirkan seperti mereka yang tidak punya tempat tinggal, anak jalanan,
narkoba dan lahirnya gerakan-gerakan sosial yang menyimpang seperti GAFATAR dan
sebagainya yang tumbuh hidup subur di Indonesia, bahkan Jawa Barat saja sampai
ada 47 aliran sesat, bahkan belakangan ini muncul kelompok Lesbian, Gay, Bisexsual,
dan Transgender (LGBT) yang makin nyaring menuntut hak hidup secara hukum dan
politik, yang LGBT ini sudah mulai masuk kedunia kampus. masalah seperti ini
benar-benar baru, yang hadir bersama pertumbuhan demokratisasi dan kesadaran
hak asasi manusia yang kian meluas di Negeri ini, aspirasi sosial yang bertentangan
dengan Agama dan Pancasila serta nilai-nilai budaya bangsa tumbuh ikut subur
seiring tuntutan demokrasi dan hak asasi, manusia yang cenderung kian serba
terbuka dan liberal.
Hadirin proses
liberalisasi sosial budaya sedang menunjukan perluasannya dalam kehidupan
masyarakat Indonesia, seiring dengan kehidupan politik yang serba bebas dan
ekonomi yang liberal. perkembangan yang liberal dan sekuler ini nampaknya akan
terus menggelinding dalam dinamika bangsa dan masyarakat sejalan dengan irama
hidup moderen dan globalisasi yang menyertai Indonesia bersama bangsa-bangsa
lainnya di era abad 21 ini.
Hadirin memang
tidak mudah hidup di era baru yang heterogin multikultural dan sangat kompleks
ini. Tidak mudah, karena dengan
kemudahan teknologi itulah seseorang dapat dengan mudahnya menemukan
hal-hal yang ia inginkan, baik yang positif maupun yang negatif, masyarakat
disodorkan serba Instant dan Swalayan sebagai contoh kemudahan
mencari informasi, terutama tentang seks melalui internet, kalau kita lihat
pengguna internet, pencarian alat
kontrasepsi dan pencegahan kehamilan termasuk rating yang paling tinggi. kalau
dahulu anak muda mencari tahu tentang seks lewat teman atau orangtua, kini
mereka cukup tanya pada internet, akibatnya anak-anak muda lebih bebas dalam
hal seks ini ketimbang negara-negara barat, kalau anak muda di Amerika pada
umur 17 tahun dibekali alat kontasepsi oleh orang tuanya, anak-anak Indonesia sudah
membekali dirinya sendiri dengan alat-alat tersebut, apalagi untuk
mendapatkannya sangat mudah ibarat sebuah toko, remaja kita sudah SWALAYAN
yaitu melayani diri diri sendiri.
Hadirin kalau
dahulu orang mendapatkan alat kontrasepsi harus membeli di apotek, kini telah
dijual secara bebas di toko waralaba, dianggap sudah merupakan kebutuhan
sehari-hari, dampaknya sungguh luar biasa dekadensi moral, perzinahan, aborsi
sudah merambah ke desa-desa. kalau dulu kabar pembelian alat kontrasepsi pada
saat valentine day dan saat malam tahun baru, kini tiap hari alat itu tetap
laris manis terjual, sebab orang sudah tidak sungkan-sungkan lagi untuk
membeli, karena tinggal ngambil dan bayar dikasir, tidak perlu bertanya kepada
pemilik toko.
Hadirin tidak
hanya masalah seks yang dulu tabu, remaja kita melayani diri sendiri, tetapi
dalam pengetahuan agama pun mereka mencari pengetahuannya sendiri, kalau dahulu
soal agama bertanya kepada ustadz, kiyai dan guru, sekarang mereka bertanya
kepada internet, jika situs yang dibuka merupakan situs yang standar, maka akan
menambah ketakwaan, tapi jika yang dibuka mengajarkan radikalisme dan kekerasan
tentu hasilnya akan berbeda. orang yang belajar dengan situs-situs demikian
menganggap dirinya benar sendiri. bahkan kadang-kadang mereka tidak
sungkan-sungkan mengafirkan orang lain yang tidak sefaham dengan apa yang ia
fahami.
Hadirin untuk
mengurangi hal ini, kepada orang tua jangan sampai melepas anak-anaknya
yang masih remaja untuk lepas dari orang tuanya. karena se-alim apapun jika
dilepas begitu saja, ada kecenderungan untuk hidup bebas. Sebaliknya bisa
terjadi anak yang nakal, kemudian dilepas orang tuanya, kemudian sadar dan
belajar agama yang cenderung radikal, kemudian berubah mengkafirkan orang yang
seagama yang tidak sefaham. jika masih serumah tentu mudah disapa, jika ada
gejala-gejala penyimpangan-penyimpangan. Ketika anak pulang bisa disapa,
sehingga tahu kemana dan dengan siapa, sehingga bisa mengecek apa yang
dilakukan anaknya. dalam hal pergaulan, dapat diketahui sejauh mana gaya hidupnya,
dalam hal agama, diketahui bagaimana faham agamanya.
Hadirin
termasuk dalam hal pendidikan, agar memilih tempat pendidikan yang dekat dengan
rumah. dengan demikian orang tua tidak perlu melepaskan anaknya untuk tinggal
di luar rumah apalagi tinggal di kos-kosan, kini rumah kost dibiarkan liar
tanpa aturan, kini kos-kosan hanya dipandang sebagai nilai ekonomi semata.
asalkan bayar dengan lancar, pemilik kost tidak peduli apa yang terjadi di
dalam kos-kosannya, mereka takut jika ketat mengawasi kos-kosannya tidak laku.
demikian pula RT, RW sebagai pengawas lingkungan, juga melakukan hal yang sama,
asal sudah membayar iuran dengan aktif, dan tidak mengganggu lingkungan,
dibiarkan begitu saja. awal terjadinya LGBT berangkat dari rumah kost ini,
begitu pula narkoba dan lain-lain, begitu hasil penelitian Iip Wijayanto pengarang
buku seks in the kost.
Hadirin jika
terpaksa harus melepas anak-anaknya untuk belajar ke luar kota, maka harus mencari
orang tua atau instansi yang dapat menggantikan peran orang tua untuk ikut mengawasi perilaku anaknya, jika
mencari kampus, pilihlah kampus yang dekat dengan rumah yang bisa pulang pergi
atau yang memiliki asramanya, jika belum ada, maka bisa dititpkan ke pesantren-pesantren
mahasiswa, saat ini banyak pesantren-pesantren mahasiswa yang dibuka disekitar
kampus, dengan demikian pendidikan di kampus bisa terpantau demikian juga
perilaku keseharian dan pendidikan agama bisa terpantau juga.
Hadirin kepada
para pemuda dan pelajar, dalam kondisi seperti inilah, kalian dilepas di alam
yang serba bebas, liberal dan permisif ini, agar bisa memiliki:
1.
Memiliki ilmu pengetahuan dan agama sesuai dengan tuntutan zaman
2.
Komitmen dalam ketaatan dan ibadah kepada Allah SWT.
3.
Komitmen dan memiliki daya imun dari budaya permisifisme, radikalisme, dan
dekadensi moral
4.
Memanfaatkan waktu untuk mengembangkan kualitas ruhiyah, fisik, akal dan
kepribadian sesuai dengan tuntunan Allah dan Rasulnya.
Ingat wahai para pelajar dan pemuda, di setiap penggal
sejarah, pemuda lah, yang menjadi tulang punggung umat, rahasia kebangkitan dan
kemenangan umat ada di tangan pemuda. CAM KAN ITU!
Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang
seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka
khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. oleh sebab itu hendaklah mereka
bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan Perkataan yang benar.
Akhirnya, marilah kita bermunajat kepada Allah Swt jalla
jalaaluh di hari dan waktu yang diperintahkan oleh Allah untuk berdoa dan
beristigfar pada saat gerhana matahari ini.
-
ya Allah, ya tuhan kami, kami panjatkan puji dan syukur kehadirat-Mu,
karena atas izin dan perkenan-Mu, kami mendapat kesempatan untuk melaksanakan
sholat gerhana yang langka ini, yang belum tentu kami bisa melaksanakannya pada
waktu-waktu yang akan datang, kami berusaha memenuhi seruan-Mu, beribadah
sesuai sunnah Rasul-Mu, terimalah semua amal ibadah kami, dan ampunilah semua
khilaf kami
-
ya Allah, ya tuhan kami, berilah kami hikmah dan manfaat dari semua
peristiwa ini, untuk meningkatkan ketaqwaan kami kehadirat-Mu. ya Allah, ya
tuhan kami, bimbinglah kami agar kami diberi kesabaran, ketangguhan, dan
keuletan untuk dapat melaksanakan segala tugas dan kewajiban kami yang penuh
godaan dan tantangan di hadapan kami.
-
ya Allah, ya tuhan kami, kami mohon kehadirat-Mu, agar harta kekayaan kami,
ilmu pengetahuan kami, jabatan dan kedudukan kami, serta semua anugerah-Mu
kepada kami, dapat menjadi bekal ibadah kehadirat-Mu, untuk mendapat ridho-Mu.
-
ya Allah, ya tuhan kami, kami sadar, masih banyak perintah-Mu yang masih
kami abaikan, kami berlumuran dosa dan kesalahan, tetapi kami yakin, Engkau
adalah maha pemaaf lagi maha pengampun.
-
ya Allah, ampunilah semua dosa dan kesalahan kami, ampunilah semua dosa dan
kesalahan ayah dan ibu kami, ampunilah semua dosa para guru dan pemimpin kami,
ampunilah semua dosa dan kesalahan orang-orang yang banyak berbuat baik kepada
kami, ampunilah semua dosa dan kesalahan orang-orang yang pernah kami sakiti,
kami bohongi, kami zholimi, dan kami khianati.
-
Hasbunallah wa ni’mal wakiil. ni’mal maulaa wa ni’man nashiir. hasbiyallah,
laa ilaaha illa hua, ‘alaihi tawakkaltu wa hua robbul ‘arsyil ‘azhim. robbanaa
aatinaa fidduniaa hasanah, wa fil akhiroti hasanah, wa qinaa ‘adzaabannaar.
walhamdulillahi robbil ‘alamiin.
No comments:
Post a Comment