Wednesday, 2 April 2014

Ajaran Islam Tentang Sistem Ekonomi

Oleh: H. Taufiq Rahman, S. HI.

Mohon maaf sebelumnya kepada Pak Haji karena saya mem-posting artikel ini tanpa seizin Pak Haji. Tapi saya yakin, selama artikel ini bermanfaat, tentunya Pak Haji dengan senang hati mengizinkan saya mem-postingnya, hehe... Pak Haji adalah best practice, bagaimana seorang lulusan SMEA membangun usaha dari kecil hingga menjadi besar, mendirikan BPR Syariah, dan ekspansi ke bisnis-bisnis lain.

Di rumah Pak Haji senantiasa berkeliaran anak-anak yatim, yang tidak pernah dibedakan dengan anak Pak Haji sendiri. Berkah mengurus anak yatim itu mungkin salah satu syariat dari Allah kenapa harta Pak Haji selalu bertambah.

Berikut ini artikel original dari Pak Haji Taufiq Rahman:


Pemahaman yang Salah Tentang Ajaran Islam
Ada kesalahpahaman terhadap ajaran Islam, bahwa Islam itu menghambat kemajuan, menghambat pembangunan bahkan ada anggapan Islam hanya berkaitan dengan ritual saja, padahal sesungguhnya Islam adalah agama dengan sistem yang utuh, menyeluruh dan sempurna (kaffah/syumuliyyah/kamaliyyah) mencakup berbagai aspek kehidupan, baik itu sosial, politik, ekonomi, perbankan, pendidikan, budaya dan lain sebagainya.

Pada hari ini insya Allah kita akan mendiskusikan tentang ekonomi yang salah satu sub sistemnya adalah perbankan syariah.  

Manusia Sebagai Hamba Allah dan Khalifah di Bumi
Tugas kita di muka bumi ini selain pengabdian ibadah dalam arti luas juga mempunyai tugas sebagai khalifah yang bertugas mewujudkan kemakmuran dan kesejahteraan dalam hidup dan kehidupan, sebagaimana firman Allah SWT dalam Q.S. Hud ayat 61 :
 “ Dialah Allah yang telah menciptakan kamu di bumi dan memakmurkannya”

Dalam memakmurkan bumi, Allah menyerahkan sepenuhnya kepada kita, sebagaimana sabda Rasulullah SAW yang berbunyi :
“ Kalian lebih mengetahui tentang urusan- urusan dunia kalian “

Kita boleh menjadi pedagang, pegawai, petani dan lain-lain. Namun yang diprioritaskan Al-Qur’an dan Al-Hadits adalah PEDAGANG, sebagaimana keterangan-keterangan berikut :
      Q. S. As-Shaff (61) ; 10 :
 “ Hai orang-orang yang beriman sukakah kamu Aku tunjukkan suatu perniagaan yang dapat menyelematkan kamu dari azab yang pedih? “

      Q.S. An-Nuur (24) ; 37 :
“ Laki-laki yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak (pula) oleh jual beli dari mengingati Allah  ………….”.


      Q.S. At-Taubah (9) ; 111 :
“ Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mu’min diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka ………”

      Hadits Rasulullah SAW :
 “ Perhatikanlah olehmu sekalian, sesungguhnya sembilan dari sepuluh pintu rezeki di dunia ini terdapat di dalam perniagaan (bisnis) “. (H.R Ahmad ).

Macam-macam pedagang
Jika kita mencermati pengusaha atau pedagang itu macam-macam latar belakangnya :
1.     Pengusaha sejati, yakni pengusaha yang sadar punya cita-cita. Ingin bermanfaat untuk orang banyak.
2.     Pengusaha warisan/turunan
Biasanya belum tentu teruji ketangguhannya  ( tidak semua sukses )
3.     Pengusaha kepaksa. Karena PHK, walaupun sarjana akhirnya memilih dagang
4.     Pengusaha kastop, bergantung kepada kekuasaan (KKN).

Sejarah Nabi Muhammad SAW dalam berdagang
Salah satu aspek kehidupan Muhammad SAW yang kurang mendapat perhatian serius adalah kepemimpinan Beliau di bidang bisnis. 
      Usia 8 tahun sudah mandiri dengan mendapat income dari menggembala kambing
      Usia 12 – 17 tahun magang kepada paman Abu Thalib dan Kakek Abdul Muthalib
      Usia 12 tahun melakukan perjalanan ke luar negeri yang pertama kali.
      Usia 25 tahun sudah 18 kali ke luar negeri.
      Beliau berdagang sampai usia 37 tahun

Menurut  para ahli makmurnya suatu negara/masyarakat pedagangnya minimal 4% dari total jumlah penduduk, sementara Indonesia hanya mencapai 0,2%, Malaysia 4,6% sedangkan Singapura 7,2%.

Dibanding jadi petani, pegawai, jadi pedagang jauh lebih baik, contoh kopi, cengkeh, padi.

Sistem Ekonomi
Di dunia ini ada 3 konsep atau sistem ekonomi, yaitu :
1.     Sistem sosialis, yang dimotori Uni Soviet bertahan 70 tahun dengan ciri tidak mengakuai hak-hak seseorang.
2.     Sistem kapitalis, dengan ciri-cirinya : matrealistis, individualistis, serakah (ketika mendapatkan hanya untuk kepuasan sendiri), melahirkan kemiskinan dan kesenjangan, tidak mencerminkan keadilan, mengabaikan nilai-nilai dan moralitas.
3.     Sistem ekonomi Islam, dengan ciri-cirinya
      Ketika mendapatkan ada kewajiban mendistribusikan dengan ZIS kepada yang berhak menerimanya. 
      Ketika mendapatkan tidak boleh dari judi, suap, spekulasi, berbohong dan RIBA
Contoh Praktek Riba :
a.     Bahwa setiap tambahan atas hutang yang telah tiba pelunasannya dan orang yang berhutang tidak mampu membayarnya dan sebagai imbalan atas penundaannya itu (riba jahiliyyah)
b.      Penambahan atas pinjaman yang ditetapkan di awal perjanjian (riba nasiah)
c.     Tambahan atas pinjaman yang ditentukan diawal, baik kecil maupun besar tambahan tersebut, bertentangan dengan Q.S. Luqman ;34.

CATATAN :
Harta tidak boleh melahirkan harta yang sama, uang tidak boleh melahirkan uang. Harta seharusnya tumbuh dan berkembang dengan kerja.
Untuk menghindari riba dalam bermuamalah, solusinya adalah PERBANKAN SYARIAH.

No comments:

Post a Comment