Friday, 4 April 2014
Jangan Dulu Menghujat Keadaan dan Jangan Pernah Menghujat
Kita mulai dengan landasan teori. Surat Al-baqoroh ayat 216:
"Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal itu baik untukmu. Dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu buruk untukmu."
Di antara kita pasti banyak yang mengalami kejadian, di mana pada awalnya kita membenci keadaan, tetapi pada akhirnya kita malah bersyukur. Itulah makna di balik ungkapan "setiap kejadian pasti ada hikmahnya".
Beberapa hari yang lalu, ketika saya dan teman-teman mencari alamat seseorang di daerah Banten agak pedalaman, kami bertanya pada seorang ibu muda. Kami berada di sebuah pertigaan. Dia menunjukkan arah lurus. Kami ikuti saja apa kata beliau. Beberapa kilometer dari situ, kami bertanya lagi. Ternyata alamat yang dimaksud seharusnya belok kiri di pertigaan tempat si ibu tadi. Kami pun kesal.
Tidak lama kemudian, si bapak yang kami tanya bilang "ayo saya antar. Saya supirnya." Betapa terkejutnya kami mendengar itu, sekaligus bersyukur. Coba saja kalau si ibu tadi menunjukkan arah kiri, kami pasti kesulitan mencari alamat itu, karena sulit sekali menemui pemukiman warga untuk bertanya. Tapi Allah sengaja menuntun kami 'tersesat' dulu untuk bertemu dengan supirnya.
Itu salah satu contoh kecil.
Pernah dengar cerita tentang tukang tape yang pikulannya patah?
Alkisah ada seorang tukang tape yang rutin berjualan setiap pagi. Dia harus melewati sawah-sawah dulu sebelum sampai di jalan raya untuk menuju pasar. Suatu hari ketika dia melewati sawah-sawah itu, dia terpeleset dan pikulannya patah, tapenya berhamburan di tengah sawah. Dia langsung mengeluh kepada Allah dan menghujat keadaan. "Ya Allah... Kenapa begini? Tape yang segini-gininya, malah gak bisa dijual" Ujarnya.
Siang harinya, dia mendengar berita dari pasar bahwa bus yang sering ditumpangi para pedagang menuju pasar mengalami kecelakaan. Tidak ada yang selamat, kecuali: Tukang tape yang pikulannya patah karena tidak jadi menumpang bus itu. Seketika dia bersyukur kepada Allah. "Alhamdulillah ya Allah, untung tidak jadi jualan" dia mengucapkan syukur sambil bersujud.
Mengeluh memang wajar, asalkan tidak kelewatan. Namun kita juga harus introspeksi. Ujian datang tidak akan lebih dari kemampuan kita. Laa yukallifullahu nafsan illa wus'ahaa, Allah tidak akan memberikan ujian di luar batas kemampuan hamba-Nya. Tukang tape tadi diuji dengan pikulan yang patah, namun ganjarannya adalah selamat dari kecelakaan.
Bersabarlah. Lebih baik menyalakan lilin di kegelapan daripada menghujat kegelapan itu sendiri.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
baru baca yang ini. s u p e r s e k a l i :D
ReplyDeletewaduhhh... ibu kemana saja :)
Deletehabis judulnya ga bikin penasaran bapaak *eh
ReplyDeleteyang penting kan manfaat :p
Delete