Thursday 18 September 2014

Hanya Perlu Waktu yang Tepat

Dari Ciputat, hanya perlu sekali naik bus untuk sampai ke kampus Al-Azhar. Bus Bianglala bernomor 76 jurusan Ciputat-Senen itu cukup besar, ber-AC, lumayan nyaman untuk menempuh jalur yang sering dilanda kemacetan. Pukul 11 siang saya berangkat ke Al-Azhar dan pulang ke Ciputat pukul 14.30. Tanpa saya sadari ternyata bus yang saya tumpangi ketika pulang adalah bus yang saya tumpangi juga ketika berangkat tadi.

Kebetulan.

Tapi, dalam tulisan saya disini, tidak ada kejadian yang ‘kebetulan’.


Saya tak berharap untuk menumpangi bus yang sama. Tetapi tanpa disengaja, tanpa skenario dan tanpa diharapkan, saya menemukan bus yang sama. Ini bukan sekedar tentang bus. Ini tentang bagaimana segala sesuatu sudah diatur oleh Tuhan. Kita coba kemukakan contoh paling ‘seksi’: tentang jodoh.

Sering kali kita memaksakan kehendak bahwa si A mesti menjadi jodoh kita. Kita mati-matian berusaha menyamakan hal-hal yang berbau ‘dia’ supaya sama dengan kita. Segala hal dikait-kaitkan. Tetapi ketika takdir berkata lain, jika bukan jodoh tetap saja bukan jodoh. Ini masalah momentum. Jodoh akan datang di waktu yang tepat. Sama seperti kasus bus tadi, saya tak mengatur waktu supaya menaiki bus yang sama. Tetapi jika saya berdiri di pinggir jalan itu di waktu yang tepat, yang sama dengan waktu kedatangan bus itu, maka saya bertemu kembali dengannya. Jodoh yang tepat akan datang di waktu yang tepat. Orang yang tepat tidak selalu datang secara cepat. Hanya perlu bersabar dan yakin.

Tak perlu mengatur, tak perlu memaksakan kehendak. Wallahu a’lamu wa antum laa ta’lamuun (Allah lebih tahu, sedangkan kamu tidak tahu). Do’a “Robbanaa hablanaa min azwaajinaa wa dzurriyyatiinaa qurrota a’yuun…” (Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati) hanya mengajukan kriteria kita pada Tuhan, bukan memilih nama atau menentukan orang tertentu. Maka kita akan diberikan sosok yang baik, yang insya Allah sesuai dengan do’a itu.

Dalam hal rizki, tak perlu lah kita iri dan dengki melihat apa-apa yang orang dapatkan. Boleh jadi kita belum tepat mendapatkan rizki tersebut. Atau waktunya yang belum tepat. Atau kita bisa saja sombong ketika banyak rizki, tidak tawadhu seperti saat kita tak punya apapun. Lagipula rizki bukan hanya dalam bentuk materi. Badan yang sehat, waktu yang luang, keluarga yang rukun, juga bagian dari rizki yang luar biasa patut kita syukuri.


Segalanya hanya butuh waktu, waktu yang tepat.

No comments:

Post a Comment