Friday, 12 December 2014
Mengkambinghitamkan Agama
Banyak konflik terjadi sebenarnya bukan karena agama. Tetapi agama sering dijadikan kambing hitam. Sayangnya, pandangan bahwa agama mengajarkan kekerasan sudah terlanjur diterima begitu saja di masyarakat (taken from granted). Kira-kira begitulah paparan Karen Armstrong dalam karya terbarunya, Fields of Blood: Religion and the History of Violence. Sesungguhnya dalam konflik selalu ada faktor sosial, politik, ekonomi, dan sebagainya.
Begitu juga dengan ketakutan terhadap agama, misalnya pada Islam (Islam phobia). Sebenarnya bukan hanya Islam yang mengalaminya. Di Tiongkok, kita sering mendengar tentang pelarangan jilbab. Kebanyakan kita mungkin berpikir hanya Islam yang diperlakukan tidak adil. Padahal sesungguhnya hal ini juga terjadi pada Katholik. Dikutip dari Republika Online, Ada sekitar 12 juta penduduk Katolik di Tiongkok. Setengah dari mereka diijinkan negara untuk beribadah di Gereja. Namun, separuh lainnya harus beribadah secara sembunyi-sembunyi.
Agama, tanpa dasar, sering dikambinghitamkan. Agama, juga tanpa dasar, sering ditakuti.
Imagine there's no countries
It isn't hard to do
Nothing to kill or die for
And no religion too
Imagine all the people
Living life in peace...
Potongan lirik lagu di atas diambil dari lagu berjudul Imagine karya John Lennon. Banyak yang menuding lagu ini adalah lagu yang mengajarkan untuk tidak percaya pada agama alias mengajarkan orang untuk menjadi atheis. Tetapi kalau kita cermati dengan sudut pandang lain, John Lennon (selalu inget Darda Dhamara Darussalam kalau bicara John Lennon) mengajak kita membayangkan bagaimana jika tidak ada (batas-batas) negara dan juga tidak ada agama, mungkin tidak akan terjadi pembunuhan untuk membela agama dan negara. Semua orang akan hidup dalam damai. Ini imajinasi John Lennon ya, bukan saya
Barangkali John Lennon kesal karena kekerasan sering didasarkan pada pembelaan terhadap agama dan negara. Bisa jadi pendapat ini salah. Tapi apa salahnya berpendapat?
Pertama, kita harus yakin dulu bahwa Islam adalah benar-benar rahmatan lil 'alamin. Selanjutnya, kita berusaha menyebarkan kasih sayang (rahmatan) itu. “Kami tidak mengutus engkau, Wahai Muhammad, melainkan sebagai rahmat bagi seluruh manusia.” (QS. Al Anbiya: 107)
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment