“Keberhasilan
KKN adalah ketika datang tak dianggap, tetapi pulang ditangisi”, begitu ungkapan rektor UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, Bapak Prof. Dr. Komaruddin Hidayat, dalam acara pelepasan peserta
Kuliah Kerja Nyata (KKN). Jika yang menjadi indikator keberhasilan
adalah ungkapan pak rektor tadi, maka kelompok
038 Ganesa (Gerakan Membangun Desa) bisa dikatakan sangat berhasil. Di awal
kedatangan kami, warga cenderung tidak menghiraukan kedatangan kami.
Tetapi pada akhirnya, kami berhasil membuat suasana pelepasan yang mengharu
biru, warga berbaris memeluk kami bergantian, disertai isak tangis.
Saya pun larut dalam keharuan pada hari perpisahan itu.
Betapa Desa Kiarasari, selama satu bulan itu, memberi
kami begitu banyak pelajaran. Tentu saja pelajaran yang tidak akan kami
dapatkan di bangku kuliah. Kuliah Kerja Nyata yang kami lakukan benar-benar
terasa nyata: kuliah, bekerja dan aksi nyata. Kenyataan bahwa tidak hanya
kesenangan yang kami dapat, tapi juga ada beberapa kendala. Namun,
kendala-kendala tersebut tidak membuat semangat kami surut dalam usaha
‘membangun desa’.
Saya bangga dengan teman-teman KKN. Semuanya sibuk dengan
berbagai kegiatan masing-masing. Beberapa teman ada yang awalnya tidak betah
tinggal di desa. Tetapi seiring berjalannya waktu, mereka bisa menerima
keberadaannya di lingkungan. Malahan, teman-teman tidak ingin mengakhiri
kegiatan KKN ini secepatnya. Kesibukan demi kesibukan pun dijalankan. Semuanya
berjalan lancar, alhamdulillah.
Kami cukup beruntung memilih Desa Kiarasari. Sebuah desa
di ujung barat kabupaten Bogor. Udara yang segar, pemandangan yang indah,
sawah-sawah yang terhampar luas, warga yang ramah, pemerintahan desa yang
senantiasa melakukan blusukan dan
terus melaksanakan pembangunan, merupakan beberapa keunggulan yang tidak bisa
kita kesampingkan. Alhamdulillah kita
bisa mengintegrasikan program KKN dengan program desa, membuatnya berjalan
beriringan.
Di samping memiliki visi dan misi seperti desa yang lain
pada umumnya, Desa Kiarasari mempunyai slogan tersendiri. Mandiri, Agamis, New System, Inovatif, Sehat, Sejahtera
(MANISS). Begitu bunyi slogannya. Segala program di Desa Kiarasari diarahkan
sesuai dengan slogan desa tersebut. Meskipun begitu, pemerintah desa
menjalankan slogan ini bukannya tanpa hambatan. Dalam setiap sambutannya,
Kepala Desa selalu menekankan pentingnya pembangunan karakter. Pembangunan
fisik tidak akan berjalan baik kalau karakter warga tidak baik. Berbagai sarana
fisik bisa rusak jika warga punya ‘karakter perusak’. Maka kehadiran
kami, menurut pengakuan bapak Kepala Desa, tidak hanya membantu dalam hal
pembangunan fisik, tetapi juga membangun karakter warga menjadi lebih baik.
Dalam pidato penutupnya ketika malam perpisahan, Bapak
Kepala Desa menegaskan bahwa mahasiswa KKN telah mendorong masyarakat untuk
bekerja keras (dalam bergotong royong membangun sarana air bersih), bekerja
cerdas (bagaimana bekerja secara efektif dan efisien) dan bekerja ikhlas (tidak
ada upah apapun namun tidak mengurangi semangat bergotong royong). Yang
sebenarnya terjadi adalah, kita lah –seluruh anggota KKN– yang memetik banyak
pelajaran dari warga.
Kegiatan KKN membuat saya mengerti ungkapan Anies
Baswedan, bawha mahasiswa Indonesia mesti memiliki ciri “world class competence, grass roots understanding”. Banyak
akademisi yang punya kompetensi kelas dunia, tetapi tidak berdaya menyelesaikan
berbagai persoalan di akar rumput. Maka KKN memberikan kita pemaknaan bahwa
ilmu yang didapat di bangku kuliah semestinya bisa menyelesaikan masalah di
akar rumput, pondasi pembangunan negara di tingkat paling bawah.
Semoga segala sesuatu yang kami tinggalkan di Desa
Kiarasari –baik berupa fisik dan non fisik– bisa bermanfaat dalam jangka waktu
yang lama. Terima kasih atas do’a tulus yang mengiringi kepulangan kami. Semoga Desa Kiarasari semakin MANISS.
No comments:
Post a Comment