Dari Ciputat, hanya perlu sekali naik bus untuk sampai ke
kampus Al-Azhar. Bus Bianglala bernomor 76 jurusan Ciputat-Senen itu cukup
besar, ber-AC, lumayan nyaman untuk menempuh jalur yang sering dilanda
kemacetan. Pukul 11 siang saya berangkat ke Al-Azhar dan pulang ke Ciputat
pukul 14.30. Tanpa saya sadari ternyata bus yang saya tumpangi ketika pulang adalah
bus yang saya tumpangi juga ketika berangkat tadi.
Kebetulan.
Tapi, dalam tulisan saya disini, tidak ada kejadian yang
‘kebetulan’.
Saya tak berharap untuk menumpangi bus yang sama. Tetapi tanpa
disengaja, tanpa skenario dan tanpa diharapkan, saya menemukan bus yang sama. Ini bukan sekedar tentang bus. Ini tentang bagaimana segala
sesuatu sudah diatur oleh Tuhan. Kita coba kemukakan contoh paling ‘seksi’: tentang jodoh.
Sering kali kita memaksakan kehendak bahwa si A mesti
menjadi jodoh kita. Kita mati-matian berusaha menyamakan hal-hal yang berbau ‘dia’
supaya sama dengan kita. Segala hal dikait-kaitkan. Tetapi ketika takdir
berkata lain, jika bukan jodoh tetap saja bukan jodoh. Ini masalah momentum. Jodoh
akan datang di waktu yang tepat. Sama seperti kasus bus tadi, saya tak mengatur
waktu supaya menaiki bus yang sama. Tetapi jika saya berdiri di pinggir jalan
itu di waktu yang tepat, yang sama dengan waktu kedatangan bus itu, maka saya
bertemu kembali dengannya. Jodoh yang tepat akan datang di waktu yang tepat. Orang
yang tepat tidak selalu datang secara cepat. Hanya perlu bersabar dan yakin.
Tak perlu mengatur, tak perlu memaksakan kehendak. Wallahu a’lamu wa antum laa ta’lamuun (Allah
lebih tahu, sedangkan kamu tidak tahu). Do’a “Robbanaa hablanaa min azwaajinaa wa dzurriyyatiinaa qurrota a’yuun…”
(Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami isteri-isteri kami
dan keturunan kami sebagai penyenang hati) hanya mengajukan kriteria kita pada
Tuhan, bukan memilih nama atau menentukan orang tertentu. Maka kita akan
diberikan sosok yang baik, yang insya Allah sesuai dengan do’a itu.
Dalam hal rizki, tak perlu lah kita iri dan
dengki melihat apa-apa yang orang dapatkan. Boleh jadi kita belum tepat
mendapatkan rizki tersebut. Atau waktunya yang belum tepat. Atau kita bisa saja
sombong ketika banyak rizki, tidak tawadhu seperti saat kita tak punya apapun. Lagipula
rizki bukan hanya dalam bentuk materi. Badan yang sehat, waktu yang luang,
keluarga yang rukun, juga bagian dari rizki yang luar biasa patut kita syukuri.
Segalanya hanya butuh waktu, waktu yang tepat.
No comments:
Post a Comment