Ada jenis orang yang jika kita temui, membuat hati kita sejuk. KH. Abdullah Gymnastiar adalah salah satu sosok yang ada di jajaran paling atas jenis orang semacam itu. Mendengar ceramahnya seringkali menampar batin yang senantiasa kurang bersyukur, Lupa bahwa hidup mestinya bergantung hanya pada Allah Swt. Alhamdulillah, saya sempat menghadiri kajian tauhid beliau ahad kemarin (14/09/14) di Masjid Istiqlal.
Acara dimulai pukul 09.00. Saya datang lebih pagi: pukul 08.00. Di masjid sebesar Istiqlal, sayang sekali jika hanya menyaksikan Aa Gym di jajaran paling belakang. Alhamdulillah saya kebagian tempat di baris kedua, dekat sekali dengan tempat penceramah.
Ceramah pertama disampaikan oleh Ustadz Edi Abu Marwa. Ringkasnya, beliau menyampaikan tentang pentingnya sholat di awal waktu. Ada seseorang yang berkonsultasi dengan beliau, kenapa masalahnya tidak kunjung selesai, kenapa begini dan kenapa begitu. Ustadz hanya balik bertanya: bagaimana sholatnya? Tepat waktu kah? Berjama’ah kah? Kalau jawabannya berhenti di kata ‘tidak’, lebih baik perbaiki dulu sholatnya.
Kemudian beliau menceritakan beberapa kisah orang sholeh, yang selalu sholat tepat waktu, yang do’a-do’anya mudah sekali diijabah. Salah satunya, ada seorang pemuda yang tidak pernah melalaikan sholat (tepat waktu dan berjama’ah di masjid), kemudian dia mendo’akan seorang nenek yang sudah lama menngalami lumpuh. Si nenek pun seketika bisa berjalan. Padahal si nenek sudah berobat kesana kemari selama bertahun-tahun. Subhanallah.
Percaya atau tidak, setelah mendengar tausyiah Ust. Edi Abu Marwa itu, saya selalu sholat berjama’ah ke masjid (ya Allah mudah-mudahan ini bukan ria). Ada kegelisahan jika tidak segera bergegas sholat ketika azan berkumandang. Ya memang kita suka berbuat curang. Selalu minta banyak hal pada Tuhan kita, di saat yang bersamaan kita juga suka menunda-nunda kewajiban. Maka sekarang konsepnya diubah: penuhi dulu kewajibannya, setelah itu minta hak kita dengan berdo’a. Tidak ada yang senang dimintai sesuatu kecuali Tuhan kita. Dia malah menyuruh kita agar senantiasa mengingat dan meminta kepadanya (2:186).
Aa Gym baru tiba sekitar pukul 11.
Beliau langsung mengajukan pertanyaan: apakah saudara-saudara merasa stres? Tentu saja disambut dengan jawaban beragam. Beliau menyampaikan bahwa stress itu rumusnya adalah banyak mikir dan kurang berzikir
Stress = (+mikir) + (-zikir)
Kalau kita pergi ke suatu tempat, lalu kita tidak tahu arah, tentu saja kita punya pilihan untuk bertanya. Dalam hidup, banyak orang yang kebingungan menentukan tujuan hidup, berpikir tidak jelas, tanpa pernah bertanya (mengingat = berzikir) pada Tuhannya. Padahal Allah-lah yang menciptakan kita, Allah pula yang lebih tahu urusan kita, jalan menggapai tujuan kita. Maka mengapa kita lebih senang untuk tidak bertanya pada-Nya?
Kita sibuk memikirkan masalah kita, hutang kita, tragisnya kisah cinta, dan lain-lain. Padahal, bagi Allah itu urusan kecil. Aa Gym mencontohkan bagaimana Allah mengatur jutaan aktivitas di badan kita. Proses mata berkedip dan melihat, hidung bernapas, kulit meraba, lidah merasa, keselarasan otak dengan anggota tubuh; ketika otak menyuruh tangan bergerak misalnya, maka tangan kita bergerak. Detak jantung, denyut nadi, dan aktivitas badan yang tak akan sanggup kita hitung. Artinya, jutaan aktivitas yang entah kita sadar atau tidak, diurus oleh Allah dengan baik. Maka tak elok jika kita ragu bahwa Allah bisa menolong kita menyelesaikan urusan kita yang kecil-kecil. Tugas kita Cuma satu: menyapa Allah secara rutin dan meminta kepada-Nya.
Oh Allah, betapa susah kita bersyukur.
No comments:
Post a Comment