Pernahkah saudara berpikir, bahwa ketika Allah memberikan kita banyak harta, uang menumpuk, aset melimpah, jabatan tinggi, artinya Allah sedang memuliakan kita?
Atau ketika rizki sedang susah, kita berpikir bahwa Allah sedang menghinakan kita?
- - - - - - - - -
فَأَمَّا ٱلۡإِنسَٰنُ إِذَا مَا ٱبۡتَلَىٰهُ رَبُّهُۥ فَأَكۡرَمَهُۥ وَنَعَّمَهُۥ فَيَقُولُ رَبِّيٓ أَكۡرَمَنِ
Maka adapun manusia, apabila Tuhan mengujinya lalu memuliakannya dan memberinya kesenangan, maka dia berkata, “Tuhanku telah memuliakanku.”
وَأَمَّآ إِذَا مَا ٱبۡتَلَىٰهُ فَقَدَرَ عَلَيۡهِ رِزۡقَهُۥ فَيَقُولُ رَبِّيٓ أَهَٰنَنِ
Namun apabila Tuhan mengujinya lalu membatasi rezekinya, maka dia berkata, “Tuhanku telah menghinaku.”
كَلَّاۖ بَل لَّا تُكۡرِمُونَ ٱلۡيَتِيمَ
Sekali-kali tidak! Bahkan kamu tidak memuliakan anak yatim,
وَلَا تَحَٰٓضُّونَ عَلَىٰ طَعَامِ ٱلۡمِسۡكِينِ
dan kamu tidak saling mengajak memberi makan orang miskin.
(Surat Al-Fajr, 15-18)
- - - - - - - - -
Intinya begini, punya uang atau tidak, keduanya adalah ujian.
Banyak anak atau gak punya, keduanya ujian.
Punya jabatan atau enggak, keduanya ujian.
Punya motor atau sepeda, keduanya ujian.
PNS atau honorer, keduanya ujian.
Pegawai tetap atau outsourcing, keduanya ujian.
Yang dinilai menjadi pahala atau dosa, meminjam ungkapan Aa Gym, adalah sikap kita menghadapi berbagai ujian tersebut.
Allah tidak memuliakan kita berdasarkan banyak atau sedikitnya harta.
إِنَّ أَكۡرَمَكُمۡ عِندَ ٱللَّهِ أَتۡقَىٰكُمۡۚ إِنَّ ٱللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٞ
Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Mahateliti.
(Surat Al-Hujurat, 13)
Bumi Allah, 5 Ramadhan 1440 H. / 3 Mei 2019 M.
No comments:
Post a Comment